Rabu, 08 Desember 2010
di balik selimut "pelacur"
ada nafas menggebu
menyimpan luka di setiap wangi
tarian malam penuh cerita
aroma pahit garis takdir
di balik selimut merah
ada teriakan pedih mengalun pelan
di balik selimut merah
ada luka teriris menyayat pilu
tunduk pada malam
sembunyikan pedih di balik senyum indah
memikat rembulan
dengan tinta hitam pekat
ini malam saat ku bercerita
ketika di balik selimutnya
kutemukan luka yang tak terobati
kutemukan isyarat duka tak terucap
di balik selimutnya
ada pesan sejuta masa
yang tak terucap di waktu kemarin
kini ia menyingkap takdir hitam di balik selimut merahnya
lihat dan pahamilah
sedalam apa luka di balik selimutnya
sejauh mana pedih di balik selimutnya
karena ia masih harus berjalan
arungi malam
tebarkan takdir lewat wewangian
merayu malam dengan anggun
selamat menempuh takdir mu wahai wanita malam
terima kasih untuk hadiah selimut yang kau berikan.
by: dot black
dot black
kau terlahir
kau terakhir
kau pun berakhir
dot black
kau duka
kau luka
kau pun punah
dot black
kau luka hidup
kau luka nyata
kau luka membatu
dot black
sungguh malang nasibmu
menanggung aib yang tak seharusnya
kini kau hampiri ku yang telah utuh hilang
mengajaku bermain seperti waktu kemarin
namun sayang, mainan itu telah usang
dot black
kau hanyalah sampah di antara tumpukan nasib
kau hanyalah ceceran di antara tepian jalanan
kau hanyalah kerikil di anatara batu kali
dot black
iba itu mengetuk di tengah malam
saat petir baru saja usai
dot black
anggaplah ini kasih terakhir dari ku
yang berusaha menutupi aib yang kini menggerogotimu
maaf, dot black yang malang....
NILA ini sangat berarti bagiku.
by:
MELUVAIS
Rabu, 20 Oktober 2010
jingga berganti nila
kini berganti purnama yang redup malu
merunduk jingga di ufuk barat
malu menatap elok sang purnama
jingga yang Q klaim luka
kini berganti nila yang semu
akankah nila itu isyarat nyata dari Allah?
untuk-mu si jingga, ku mulai melupakanmu karena nila yang anggun
maaf...........
Sabtu, 16 Oktober 2010
ternyata jingga itu luka
malam terakhir...
maknai jingga, ternyata ia penebar luka
subuh menjemput, mengirim setitik embun dari puncak takapala
bersama saksi gundukan tanah di antara makam para sultan
ku teguk sudah semua yang ENGKAU berikan dari puncak segitiga gowa
setitik kasih sejuta duka
ku maknai sebagai ujian
tapi....aku tenggelam karena badai
tapi....aku patah karena kuatnya angin
tapi....ku tak sekuat karang
kini ku lemah....
esok ENGKAU kan ku tinggalkan
bersama saksi bisu seonggok tanah sebagai bukti eksistensi-MU
ku pergi membawa luka dari bumi bekas PIJAKAN-MU
MAAF....CAWAN DUKA-MU MEMABUKKAN...
(bukit nirwana antang)
Jumat, 08 Oktober 2010
kisahku, pedihku, uraiku hanya untukku
bersama perasaan yang konon tak kau pahami.
silahkan tinggalkan aku
aku yg telah mengukir cerita bersamamu.
walau tak ingin, tapi ego itu terlalu di dekatmu.
inilah aku,
yang telah penuh dengan goresan duka
di sekujur tubuh, hingga raga tak lagi berdaya.
nikmatilah kesenangan itu bersamanya
tebarkan cerita indahmu
dan biarkan tinta ini mengering di ujung kalam...
ya rabb......
tolong jangan kau limpahkan ujian-Mu lagi di kala shubu-Mu telah beranjak esok pagi
ya rabb......
sungguh ku tak mampu, sungguh ku tak berdaya atas kodrat-mu, sungguh ku lemah
ya rabb......
sejujurnya ku ingin mati jika itu bisa mengurangi pedihku.
ya rabb......
ku ingin tertidur pulas untuk selamanya, menuju kekalku di akhirat-Mu
sungguh....
sungguh....
sungguh ku menangis, kun menangis semua yang telah berlalu.
bukan dia, tapi semua yang telah ku korbankan.
orang tua, cita-cita, harapan dan sejuta kebanggaan yang perna ada kini tinggal cerita kosong dalam diaryku.
ku tangisi kisahku yang terlamapu tega, menuntunku jauh pergi tinggalkan mereka.....mereka keluargaku.....mereka pelitaku......mereka yang sesungguhnya kekuatanku......
kini ku lemah.....
ku lemah.....
lemah....
untukmu....terima kasih telah menyuguhkan aku dengan secangkir teh pahit.
pedihku mengalahkan ikhlas.
semoga tak ada karma di antara kisahmu nantinya.
Sabtu, 18 September 2010
inilah aku
jujur....kau bukan bagian dariku, tapi kau adalah aku dalam satu jiwa
kau menyatu....bersama aliran darahku....
jujur....kehilanganmu adalah musibah bagiku...
jujur....ku tak ingin pisah....
jujur....hidupku adalah dirimu....
dan, matiku adalah nafasmu....
lihatlah aku......berdiri polos, lugu dengan cinta hanya untukmu
hanya untukmu....untukmu
yau re'uw mainyi.......
astaga.....ku kembali menangis
menari di belakang
ketika ku terseduh terisak oleh rintihan di kaki langit....
jangan....
usaikan sudah tarian itu, tengoklah aku...
yang kian keropos oleh derita....
mohon...
ku bersimpuh di hadapmu, telantarkan ego ini di pelataran
ambil ulang jiwaku yang hampir sirna
begitu sakit....
hingga tak sadar kalau malam tlah menyapa...
gelap.....pekatnya menyatu dalam hati yg kian kelam....
ini cerita ku....
cerita dari kekasih yang tak dianggap
_syawal_
Sabtu, 24 Juli 2010
balasan untuk kawan "si Kapitan MERAH"
Lewati subuh ia datang bersama fajar,
bait katanya menyatu dalam cahaya menghampiriku di sudut kamar
memenuhi hampir separuh raga hingga memaksaku menyudahi mimpi yang belum sempat usai….
Kawan itu datang…
Mengabarkan suara yang terhimpit di antara tebing,
Namun bagaimana ku mampu menjulurkan seutas tali
Sedangkan kami disini seolah tenggelam dalam lumpur….
Kawan….
Dari genangan lumpur itu kami bersuara
Lama kami merindu, sejatinya rindu…..ibarat nelayan merindukan sampan, ibarat petani merindukan arit, ibarat bayi merindukan setetes susu……seperti itu pula kami merindu, merindu titah bebaskan suara ….untuk mampu berteriak tanpa di kekang, untuk mampu berkata tanpa di bungkam, untuk mampu menda’wakan titah Pandita yang lama tertutup oleh debu zaman di negeri sendiri.
Kawan….
Di negeri ini….
Disaat isyarat lambaian gadihu ma’a lawa hinia huai menjadi nyata, haita namalatu menjadi saksi melimpahnya rezky.,,ups….maaf ….hanya nostalgia sesaat menyenangkan hati yang merindu.
Itu dulu….
di saat mereka yang kini tertidur menggenggam zaman……
Kini, di negeri ini….
Kita mewarisi cerita dari mereka yang tertidur pulas
Di negeri yang tergadaikan, titah menjadi barang langkah untuk di emban
Kini, di negeri ini….
Kita di dendangkan melodi memekakan telinga.,
terlalu sering hingga bocah pun nyenyak dalam tidurnya yang hampa.
tabuhan tifa pengiring dendang dalam bait lani pun kian menjadi pudar….
Duhai Engkau yang terlelap di antara kami
Bangunlah dari tidurMu…
Lewat air mata kami, Di atas ketinggian Waelurui telah Engkau dengar kisah ini
Lewat rintihan kami, apakah belum sanggup menggetarkan permadaniMu di puncak Alaka?
Dan perjuangan ini belum berakhir….
Pendakian ini masih berlanjut hingga nanti ku menggapaiMu
Di kota-kota terindah yang perna ku dengar lewat cerita ibu
Bangun…..dan ambil kembali kisahMu
Urai semua kekusutan negeri ini
Dan rajut kembali kisah yang lama tenggelam
Di Negeri yang tergadaikan oleh nafsu duniawi…….
Sisi lain ku bercerita…
Nurani mu kawan si Kapitan Merah yang terurai dalam bait puisi
Menyapa kala diri menyendiri di seberang…
Memandang jauh ke titik jingga ku berdiri tegak di tepian losari
Berharap pijakanku benar adanya
sesuai petuahMu, petuah dari yang kini meninggalkan sebongkah tanah
di antara makam para sultan….
Untuk Kawan di seberang yang mengatasnamakan “Kapitan Merah”
Dari “Pauwa Maralessy Wa’a Nusa Ri Malombassi Daeng Matawa”
1/4 malam
pena enggan menorehnya
kisah ku terlalu pekat untuk dituang
jemari ku pun terayun pelan
huruf menyambut kata
kata menyambut kalimat
kalimat menyambut maksud
inilah cerita ku
di waktu malam tak lagi berbintang
di waktu malam tanpa rembulan
di pundak bukit ku tengadah
mencari bintang yang hilang
semua kembali asing
tak kala jiwa terpasung dalam sunyi
hhhhhhhhh.............
ku ingin berdiri hingga hilang kepenatan ini
kalaupun Rabb ingin menjamu ku dengan cawan indah-Nya
walau itu pahit, akan ku teguk secangkir takdir-Nya itu
hingga dalam dan hanyut bersama gelap-Nya malam ini
di Bumi-MU
Aku Terhempas
Terurai semua asa
hilang entah ke mana
Di Bumi-Mu....
Aku merintih
Jiwa yg dulu tegar
kini berganti rapuh
saat asa itu kian suram
Di Bumi-Mu...
Ku terpuruk
dalam....
dalam....
dalam....
Pekatx Malam-Mu
dan di sini
di Bekas Pijakan-Mu
ku terhempas ke
tepian karang
yakinku mulai sirna
bersama fajar kemarin
sembah sujudku untuk-Mu Nan Datu'
aku melangkah mundur membawa maaf untuk-Mu
*Renungan Semalam*
Selasa, 25 Mei 2010
mati cinta mati
maaf.....
cinta itu tlah lama mati, hampir setahun sudah cinta itu telah ku kuburkan. kini walau denganmu, aku merasa seolah sendiri tanpa cinta, tanpa rasa, tanpa sesuatu yang lebih.
usai cinta itu engkau dustai, aku menjadi seonggok jiwa berbalut raga yang protektif terhadap cinta.
iya....cinta yang tidak terikat oleh kenangan masa lalu. karena seyogyanya masa lalu itu milik setiap orang namun bukan berarti kita harus berjalan mundur.
kini...cinta berbalut kepercayaan sangat akku harapkan, bukan cinta dengan take n give semata. apalagi cinta yang masih di bayangi masa lalu........
sungguh ku terluka sangat dalam karena cintamu masih terjebak oleh kenangan masa lalumu yang engkau sembunyikan selama 3 tahun.
sungguh.....engkau adalah kenangan terburukku
mulutmu dan hatiku
di saat malam hadir dengan isyarat gelapnya, aku tenggelam dalam kata yang tertulis lewat kalam.............
takk perlu mulut berucap, jika hanya merangkai dusta dalam bingkai kebohongan yang terpajang indah di dinding keangkuhan............
biarkan kata terangkai dalam hati yang yang terucap lewat goresan kalam, tertuang dalam lembar usang ini..........
kadang mulut lebih dekat dengan kebohongan, tak heran jika banyak yang terjebak dengan ucapannya sendiri.......
nada mengalun mengusung irama, kata menari indah di panggung kehidupan, merangkai seonggok kalimat bernada sinis, menebas tanpa pedang dan menghukum tanpa dalih........
itulah kata, jika keluar tanpa pancaran hati yang fitrah
miliki mu yang tak perna ada
ketika kendi kasih retak, merembes sudah semua isinya melewati celah yang telah terukir....
jatuh di badan karang, hingga terhempas ke tepian pantai lalu menyatu dengan deburan ombak di laut......
saat itulah kerinduan menjadi tak bermakna, ianya hampa belaka......
lirih ku merintih
guruaeeeee........
sampai kapan?
sampai kapan?
sampai kapan?
sapai kapan lingkar setan ini membelenggu raga ini? terlalu besar cobaan-Mu untuk harus ku lalui. ku tak sanggup lagi menatap hari esok, semua penglihatanku terhalang ribuan kesalahan yang telah ku lakukan.
jalan ini telah terhenti sejak dulu, ku tak percaya ternyata problem kemarin memasung hari esok kku nyang tlah hampir ku gapai.
kini bayangan hari esok bagiku hanyalah ibarat mimpi sang bocah di siang hari. di tambah cobaan yang Engkau berikan membuatku semakin terpojok dan tanpa arah
pupus sudah semua yang ku harapkan.
Rabu, 12 Mei 2010
cerita untuk 2804101530
saat hilang cinta itu, Q menemukan hati yang layak untuk Q titipkan cinta ini. tapi sayang hati itu berada di balik jeruji dan mustahil untuk bisa Q miliki. Q harus mengakui kebenaran ini, bahwa sulit bagi Q untuk jatu cinta setelah sakit hati kemarin yg Q alami.
sakit hati itu mengubah Q menjadi sosok yg protektif dan sensitif. walau ia(nya) di sisi Q, namun bagi Q seolah tak Qrasakan kehadiran(nya).
sejujurnya.....hati yang lain, yg ingin Q miliki adalah hati yg terpenjara, adalah hati yg pernah terjatuh, adalah hati yang kini nelangsa....namun sayang........hati itu tak pantas untuk ku genggam...........biarkan ia menjadi rahasia hati yg kelak Q bawah bersama saat panggilan itu tiba.
untuk hati itu, Q berterima kasih karena pengakuan kemarin. biarlah Qta menyatuh dalam ikatan saudara (adiQ kakaQ) karena hanya lewat ikatan itulah Qta bisa bersama terus dalam setiap sapaan yang memuji dan merindu. biarkan rasa cinta yg ada dalam hati Qta terkubur bersama waktu.
*I LOVE U dalam rindu yang terpasung*
Minggu, 07 Maret 2010
Q kembali
ia.....cinta yang menyiksa
ia....cinta yang tak pasti
ia....cinta yang membuatku terkubur dalam lumur hitam
ia....cintanya terlalu pekat.......
jujur..........
Lingkar setan ini masih memasungku dalam kebebasan ini.......
KU TERSIKSA
KU PENUH DOSA
Senin, 15 Februari 2010
sore mencekam
sungguh ku tak tahu harus memulai langkah dari mana, semua seolah gelap untuk harus ku ayunkan kaki ini. Ya Allah...............andaikan kematian itu lebih berarti bagiku maka tolong utus malaikat-Mu di ujung belokan nanti sebelum persimpangan, ku tak sanggup menatap hari esok ku yang mungkin lebih parah dari sekarang, yang mungkin lebih nista dari sekarang, yang mungkin lebih konyol dari sekarang.......Tuhan aku tak sanggup.......
merintih ku dalam batin, maaffffffffffff.............ku kesakitan di malam purnama ke tujuh......
Kamis, 04 Februari 2010
1/4 hari Q urai kata
Q bersimpuh memohon ampun, telah menyakitimu saat langkah kaki Q terayun meniti kehidupan. Hari-hari Q lalui tak ubahnya seorang pengembara yang tak tentu tujuannya.
Ma.....
Q menyelam dalam lumpur pekat, sulit bagi Q untuk keluar. Q hanya berharap semoga sebuah mu'jizat bisa membawa Q keluar dari lumpur ini. Dosa terlalu banyak untuk harus Q urai, kini.......Q hanya setumpuk tulang tanpa arti bagimu Mama.
Ma.....
bagaimana Q bisa jadi yang terbaik untukmu, sedangkan untuk jadi yang terbaik bagi diri Q sendiri saja, Q tak mampu...... sungguh malang nasib ini. terkatung2 di atas samudera dengan perahu berlayar kertas.
jujur, sebenarnya Q ingin mengakhiri semua ini. tapi Q tak tahu di manakah ujung lingkar setan yang mengikat Q ini. dosa demi dosa setiap detik bertambah layaknya rintik2 hujan yang kian detik kian bertambah..............Ya Allah, akan engkau membiarkan hamba-Mu ini larut dalam keterpurukan ini. Tolong bantu Q keluar, Q ingin menikmati indahnya mentari-Mu, fajar-Mu di saat ia menyapa, lukisan panorama alam-Mu yang memukau.
Ma.....
tolong sisihkan aku di antara ucap do'a mu, kalaupun di dunia aku tidak sempat merasakan hakekat dari sebuah kebahagiaan, maka ku berharap semoga di alam akherat ku nanti dapat ku menimatinya.
Ma.....
anakmu ini sudah letih, bingung kaki ini untuk ku ayunkan lagi. tak tahu hendak ke mana, semua penjuru seolah penjara bagiku, hitam dan kelam.......jeratan ini terlalu kuat untuk dapat ku lewati.
*masih terpojok di ujung dosa*
Lirih ku bercerita
terombang ambing tanpa arah
berharap temukan daratan untuk ku singgahi
namun ternyata.........mimpi yang tak kunjung terjaga
Q ingin bercerita
cerita tentang Q dan perihnya hidup ini
cerita tentang Q dan semua kelemahan ini
cerita tentang Q dan ketidakadilan semuanya
jujur.....Q bosan menjalani semua ini, tapi apa daya Q
mengulur tangan, namun tak ada yang menggapai
berteriak namun semua seolah diam tanpa ekspresi
dunia menjadi penjara semu bagi Q
kalau boleh memintah....
tuhan, matikan aku jika itu yang terbaik bagiku
cobaanMU terlalu akrab menemani Q
bukan Q tak sanggup, tapi sungguh ini terlalu perih....pedih......
CATATAN DI IDUL ADHA
Sebuah renungan panjang menyambangi makna pengorbanan, idul fitrih tlah berlalu dan kisah yang kau urai masih seperti kemarin. Di idul adha inipun sakit masih kurasakan. Sendiri kulalui hari yang fitrah tanpamu.
Perlahan tertunduk ku di hadapan sajadah, mencoba menyelami lebih dalam akan makna semua pengorbanan yang kita korbankan sama-sama. Sedikit ku tertinggal, Karena ternyata kau telah sedikit lebih jauh melangkah menuju eksistensi jati dirimu yang sesunggunya, dan aku masih disini dengan jiwa yang fiktif.
Ku ikuti langkahmu, bukan untuk melangkah bersama tapi kita melagkah dengan jati diri masing-masing. Yang demikian semoga mampu menemukan siapa sebenarnya kita dan apa yang kita butuhkan. Andaikan di ujung renungan ini aku masih temukan engkau di sudut yang sama, maka jangan pernah berteriak lantang untuk memintaku kembali. Karena sejujurnya kan ku berlalu pergi jauh bersama hembusan angin.
Ku ingin sendiri, menari bersama ombak walau terhempas kuyakin takkan terluka. Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal jiwaku yang (mungkin) terpasung oleh ilusi cintamu selama ini.
NURANI TERKUBUR
miliki hati yang tak perna ada
langkah seolah dituntun namun tak beriringan
kalah terjatuh di saat letih
sadar akan diri hanya sendiri
beranjak pergi membawa cerita
menutup tirai dan bersembunyi di balik tembok
menunggu embun datang membawa titah
adakah cahaya di saat senja membelaiku......?
diary.....Q MERINDU PURNAMA
hanya selaksa rindu bernyanyi
walau purnama tertutup awan
hati tetap riang menatap kesedihan
puncak keterasingan bukanlah tiang pasung
karena di sana ku merasa bebas
kala jemari kaku tuk menulis
hati tetap mengingat untaian kata itu
dan hingga akhirnya ku berteriak
walau hadirmu tak ada, biarkan bayangmu ku peluk
Q BERCERITA LAGI
tapi sayangnya, ia menyapa di saat ku berada di balik senja
kini ku tak tahu, kemana lagi langkah terayun
namun sebersit rona kemarin membawa titah
cahaya lagi suram karena terhalang mendung
bukan ku mau, tapi sungguh aku juga tak mampu melihatmu
untuk cahaya ku, tunggulah di ujung lorong tempat kita bersua dulu
dari Q.....
EMPTY
mengajarimu berdiri di atas kaki sendiri
berjalan tanpa di ayomi, dan tegar di kala masalah menghadang
kini....
engkau mengalahkan karang di tepian pantai
engkau mampu menghadang terpaan gelombang
engkau untuk dirimu......bukan untukku
di saat semua mendekati utuh
engkau melihat yang lain
mengabaikan semua yang perna berlalu
akhirnya......tinggal cerita di atas lembaran usang
bukan tidak mungkin aku tak mampu beranjak
tapi,,,,
apakah disaat ku pergi
engkau bisa menghilang dari sum-sum otakku????
940 HARI
tak cukupkah untuk saling mengenal?
tak cukupkah untuk saling memahami?
tak cukupkah untuk saling mengerti?
940 hari....
lalui hari dengan rindu
lewati malam dengan mimpi
menyambut pagi dengan senyum
940 hari....
aku untukmu
kamu untukku
satu dalam komitmen
940 hari....
tak mampu ku melepasmu dari bayang masa lalumu
yang begitu ia menghampiri dan kaupun menggapainya
bersama menari di atas pentasku
940 hari....
sebuah hati kembali tergores
begitu dalam hingga bernanah
kini kau bukan untukku
940 hari....
temani hati yang tak perna ada
bersama menyambung asa yang hampa
akhirnya hilang dalam bayang masa silam.....
P U D A R
RONA JINGGA
menyibak tirai jiwa
terbentang cahaya jingga disudut pancar.......
jiwa merontah
tangisi lakon yang diperangi
menebas diri
bebaskan jiwa yang terpasung
belati yang karat
ataukah
jiwa yang tlah tenggelam dalam semen basah......
mengeras......
di ujung kaki bukit
pupil mengecil melirik diri yang kian asing
ku harus kembali ke pantai
dan terus mendayung
ataukah
melanjutkan langkah meniti lakon
yang melukai orang lain......Antagonis!!!
bukan ku tak dewasa
tapi apakah aku mampu
mengalihkan cahaya yang hampir menyinarimu
rona jingga itu
percikan nurani yang menetes dari kendi yang telah retak
dan akupun tak mampu berbohong.......
ku hanya mencintai ia yang merasakan denyut nadiku...