Senin, 15 Februari 2010

sore mencekam

hhhhhhhhhhhhhhhhhh..............ku tak tahu lagi harus bagaimana.........banyak cerita yang sudah ku rangkai, banyak kata yang sudah ku ucap, banyak sikap yang sudah ku buat tapi ianya adalah hampa belaka.....tak bermakna. aku yang kini tertawa dalam keterpurukan batin hanya bisa menangis dalam hati....pedih namun tak nampak pada roman muka yang kian keropos ini.

sungguh ku tak tahu harus memulai langkah dari mana, semua seolah gelap untuk harus ku ayunkan kaki ini. Ya Allah...............andaikan kematian itu lebih berarti bagiku maka tolong utus malaikat-Mu di ujung belokan nanti sebelum persimpangan, ku tak sanggup menatap hari esok ku yang mungkin lebih parah dari sekarang, yang mungkin lebih nista dari sekarang, yang mungkin lebih konyol dari sekarang.......Tuhan aku tak sanggup.......

merintih ku dalam batin, maaffffffffffff.............ku kesakitan di malam purnama ke tujuh......

Kamis, 04 Februari 2010

1/4 hari Q urai kata

Ma.....

Q bersimpuh memohon ampun, telah menyakitimu saat langkah kaki Q terayun meniti kehidupan. Hari-hari Q lalui tak ubahnya seorang pengembara yang tak tentu tujuannya.

Ma.....

Q menyelam dalam lumpur pekat, sulit bagi Q untuk keluar. Q hanya berharap semoga sebuah mu'jizat bisa membawa Q keluar dari lumpur ini. Dosa terlalu banyak untuk harus Q urai, kini.......Q hanya setumpuk tulang tanpa arti bagimu Mama.

Ma.....

bagaimana Q bisa jadi yang terbaik untukmu, sedangkan untuk jadi yang terbaik bagi diri Q sendiri saja, Q tak mampu...... sungguh malang nasib ini. terkatung2 di atas samudera dengan perahu berlayar kertas.

jujur, sebenarnya Q ingin mengakhiri semua ini. tapi Q tak tahu di manakah ujung lingkar setan yang mengikat Q ini. dosa demi dosa setiap detik bertambah layaknya rintik2 hujan yang kian detik kian bertambah..............Ya Allah, akan engkau membiarkan hamba-Mu ini larut dalam keterpurukan ini. Tolong bantu Q keluar, Q ingin menikmati indahnya mentari-Mu, fajar-Mu di saat ia menyapa, lukisan panorama alam-Mu yang memukau.


Ma.....

tolong sisihkan aku di antara ucap do'a mu, kalaupun di dunia aku tidak sempat merasakan hakekat dari sebuah kebahagiaan, maka ku berharap semoga di alam akherat ku nanti dapat ku menimatinya.


Ma.....

anakmu ini sudah letih, bingung kaki ini untuk ku ayunkan lagi. tak tahu hendak ke mana, semua penjuru seolah penjara bagiku, hitam dan kelam.......jeratan ini terlalu kuat untuk dapat ku lewati.



*masih terpojok di ujung dosa*

Lirih ku bercerita

aku dan hidupku kini bak perahu tanpa layar

terombang ambing tanpa arah

berharap temukan daratan untuk ku singgahi

namun ternyata.........mimpi yang tak kunjung terjaga

Q ingin bercerita

cerita tentang Q dan perihnya hidup ini

cerita tentang Q dan semua kelemahan ini

cerita tentang Q dan ketidakadilan semuanya


jujur.....Q bosan menjalani semua ini, tapi apa daya Q

mengulur tangan, namun tak ada yang menggapai

berteriak namun semua seolah diam tanpa ekspresi

dunia menjadi penjara semu bagi Q


kalau boleh memintah....

tuhan, matikan aku jika itu yang terbaik bagiku

cobaanMU terlalu akrab menemani Q

bukan Q tak sanggup, tapi sungguh ini terlalu perih....pedih......

CATATAN DI IDUL ADHA

Sebuah renungan panjang menyambangi makna pengorbanan, idul fitrih tlah berlalu dan kisah yang kau urai masih seperti kemarin. Di idul adha inipun sakit masih kurasakan. Sendiri kulalui hari yang fitrah tanpamu.

Perlahan tertunduk ku di hadapan sajadah, mencoba menyelami lebih dalam akan makna semua pengorbanan yang kita korbankan sama-sama. Sedikit ku tertinggal, Karena ternyata kau telah sedikit lebih jauh melangkah menuju eksistensi jati dirimu yang sesunggunya, dan aku masih disini dengan jiwa yang fiktif.

Ku ikuti langkahmu, bukan untuk melangkah bersama tapi kita melagkah dengan jati diri masing-masing. Yang demikian semoga mampu menemukan siapa sebenarnya kita dan apa yang kita butuhkan. Andaikan di ujung renungan ini aku masih temukan engkau di sudut yang sama, maka jangan pernah berteriak lantang untuk memintaku kembali. Karena sejujurnya kan ku berlalu pergi jauh bersama hembusan angin.

Ku ingin sendiri, menari bersama ombak walau terhempas kuyakin takkan terluka. Selamat tinggal kenangan, selamat tinggal jiwaku yang (mungkin) terpasung oleh ilusi cintamu selama ini.

NURANI TERKUBUR

ditulis kala takbir menggema



miliki hati yang tak perna ada

langkah seolah dituntun namun tak beriringan

kalah terjatuh di saat letih

sadar akan diri hanya sendiri

beranjak pergi membawa cerita

menutup tirai dan bersembunyi di balik tembok

menunggu embun datang membawa titah

adakah cahaya di saat senja membelaiku......?

diary.....Q MERINDU PURNAMA

untuk dia yang tak terlukiskan



hanya selaksa rindu bernyanyi

walau purnama tertutup awan

hati tetap riang menatap kesedihan

puncak keterasingan bukanlah tiang pasung

karena di sana ku merasa bebas

kala jemari kaku tuk menulis

hati tetap mengingat untaian kata itu

dan hingga akhirnya ku berteriak

walau hadirmu tak ada, biarkan bayangmu ku peluk

Q BERCERITA LAGI

cahaya itu kembali menyapa

tapi sayangnya, ia menyapa di saat ku berada di balik senja

kini ku tak tahu, kemana lagi langkah terayun

namun sebersit rona kemarin membawa titah

cahaya lagi suram karena terhalang mendung

bukan ku mau, tapi sungguh aku juga tak mampu melihatmu

untuk cahaya ku, tunggulah di ujung lorong tempat kita bersua dulu

dari Q.....

EMPTY

engkau ku sapa disaat jatuh terpuruk
mengajarimu berdiri di atas kaki sendiri
berjalan tanpa di ayomi, dan tegar di kala masalah menghadang

kini....
engkau mengalahkan karang di tepian pantai
engkau mampu menghadang terpaan gelombang
engkau untuk dirimu......bukan untukku

di saat semua mendekati utuh
engkau melihat yang lain
mengabaikan semua yang perna berlalu
akhirnya......tinggal cerita di atas lembaran usang

bukan tidak mungkin aku tak mampu beranjak
tapi,,,,
apakah disaat ku pergi
engkau bisa menghilang dari sum-sum otakku????

940 HARI

940 hari....
tak cukupkah untuk saling mengenal?
tak cukupkah untuk saling memahami?
tak cukupkah untuk saling mengerti?

940 hari....
lalui hari dengan rindu
lewati malam dengan mimpi
menyambut pagi dengan senyum

940 hari....
aku untukmu
kamu untukku
satu dalam komitmen

940 hari....
tak mampu ku melepasmu dari bayang masa lalumu
yang begitu ia menghampiri dan kaupun menggapainya
bersama menari di atas pentasku

940 hari....
sebuah hati kembali tergores
begitu dalam hingga bernanah
kini kau bukan untukku

940 hari....
temani hati yang tak perna ada
bersama menyambung asa yang hampa
akhirnya hilang dalam bayang masa silam.....
P U D A R

RONA JINGGA

(catatan tertinggal di kala Idul Adha)


menyibak tirai jiwa
terbentang cahaya jingga disudut pancar.......

jiwa merontah
tangisi lakon yang diperangi

menebas diri
bebaskan jiwa yang terpasung

belati yang karat
ataukah
jiwa yang tlah tenggelam dalam semen basah......
mengeras......

di ujung kaki bukit
pupil mengecil melirik diri yang kian asing

ku harus kembali ke pantai
dan terus mendayung
ataukah
melanjutkan langkah meniti lakon
yang melukai orang lain......Antagonis!!!

bukan ku tak dewasa
tapi apakah aku mampu
mengalihkan cahaya yang hampir menyinarimu

rona jingga itu
percikan nurani yang menetes dari kendi yang telah retak
dan akupun tak mampu berbohong.......
ku hanya mencintai ia yang merasakan denyut nadiku...

NUSA EMASU

KeNaL! diRi_Q

aku jiwa yang setengah mati
terkubur oleh ego pribadi
kini ku yang tersisah hanyalah mati........